0
Alkisah di suatu pulau kecil,
tinggallah berbagai macam benda-benda abstrak : ada CINTA,
KESEDIHAN, KEKAYAAN, KEGEMBIRAAN,
dan sebagainya. Mereka hidup berdampingan dengan baik.
Namun suatu ketika,
datang badai menghempas pulau kesil itu dan air laut tiba-tiba naik
dan akan menenggelamkan pulau itu. Semua penghuni pulau cepat-cepat
berusaha menyelamatkan diri. CINTA sangat kebingungan
sebab ia tidak dapat berenang dan tak memiliki perahu. Ia berdiri di
tepi pantai mencoba mencari pertolongan. Sementara itu air semakin naik
membasahi kaki CINTA.
Tak lama kemudian CINTA
melihat KEKAYAAN sedang mengayuh perahu “KEKAYAAN!!KEKAYAAN!!Tolong
aku!!” teriak CINTA. “ Aduh! Maaf, CINTA!”
kata KEKAYAAN. “ Perahuku telah penuh dengan harta
bendaku. Aku tak dapat membawamu serta, nanti perahu ini tenggelam. Lagi
pula tak ada tempat lagi bagimu di perahuku ini.” Lalu KEKAYAAN
cepat-cepat mangayuh perahunya pergi.
CINTA
sedih sekali, namun kemudian dilihatnya KEGEMBIRAAN
lewat dengan perahunya. “KEGEMBIRAAN! Tolong aku!”,
teriak CINTA. Namun KEGEMBIRAAN
terlalu gembira karena ia menemukan perahu sehingga ia tak mendengar
teriakan CINTA.
Air semakin tinggi
membasahi CINTA sampai kepinggang dan CINTA
semakin panic. Tak lama kemudian lewatlah KECANTIKAN. “KECANTIKAN!Bawalah
aku bersamamu!”, teriak CINTA. “Wah CINTA,
kamu basah dan kotor. Aku tak bisa membawamu. Nanti kamu mengotori
perahuku yang indah ini.” Sahut KECANTIKAN.
CINTA
sedih sekali mendengarnya. Ia mulai menangis terisak- isak. Saat itu
lewatlah KESEDIHAN. “ Oh, KESEDIHAN,
bawalah aku bersamamu,” kata CINTA. “ Maaf, CINTA.
Aku sedang sedih dan aku ingin sendirian saja…” kata KESEDIHAN
sambil terus mengayuh perahunya.
CINTA
putus asa. Ia merasakan air maki naik dan akan menenggelamkannya. Pada
saat kritis itulah tiba-tiba terdengar suara, “CINTA!
Mari cepat naik perahuku!” CINTA menoleh kearah suara
itu dan melihat seorang tua dengan perahunya. Cepat-cepat CINTA
naik ke perahu itu, tepat sebelum air menenggelamkannya. Di pulau
terdekat, orang tua itu menurunkan CINTA dan segera
pergi lagi.
Pada saat itu
barulah CINTA sadar bahwa ia sama sekali tidak
mengetahui siapa orang tua yang menyelamatkannya itu. CINTA segera
menanyakannya kepada seorang penduduk tua di pulau itu, siapa
sebenarnya orang tua itu.” Oh, orang tua tadi? Dia adalah WAKTU.”
Kata orang itu. “ Tapi, mengapa ia menyelamatkanku? Aku tak
mengenalnya. Bahkan teman-teman yang mengenalkupun enggan menolong aku”
tanya CINTA heran. “Sebab,..” kata orang itu, “ Hanya WAKTUlah
yang tahu berapa nilai sesungguhnya dari CINTA itu…”