Kebiasaan Buruk Tapi Baik Untuk Kesehatan
Posted: by Den kaka in Label: Opini - Aspirasi, Tahukah Anda
0
Memang yang namanya kebiasaan buruk pastilah merugikan bagi kita,
namun berdasarkan penelitian, tidak semua kebiasaan buruk itu merugikan.
Berikut adalah beberapa kebiasaan buruk yang baik untuk kesehatan.
Marah : baik untuk menjaga tekanan darah
Kita sudah terbiasa diperingatkan untuk menahan amarah karena bisa
menyebabkan Tekanan Darah Tinggi (hipertensi),
tetapi sekarang hal itu tidak berlaku karena melepaskan amarah
memberikan keuntungan bagi kesehatan.
Peneliti dari Carnegie Mellon University di Pittsburgh
menemukan bahwa orang yang segera merespon sesuatu hal yang
menjengkelkan (yang bisa menyebabkan stress) dengan kemarahan, mampu
menjaga tekanan darah tetap normal dan mensekresi sedikit kortisol (hormon penyebab stress) daripada
orang-orang yang merespon dengan rasa takut dan memendam perasaan
mereka.
Permasalahannya hanya pada bagaimana seharusnya bereaksi terhadap
situasi. Menunjukkan tingkat kemarahan yang proporsional, membantu anda
mengembangkan perasaan untuk meningkatkan kontrol dan optimisme. Hal
ini tidak terjadi pada perasaan takut atau frustasi, yang justru
meningkatkan pengeluaran kortisol.
Dimana seringnya stress pada tingkat tertentu bisa menyebabkan penyakit
jantung.
Pada penelitian tersebut, psikolog Jennifer
Lerner meneliti pada 92 siswa dengan memaksa mereka untuk
mengerjakan tugas-tugas yang sangat sulit dan dibawah tekanan. Kemudian
peneliti merubah peraturan beberapa kali selama test. Jika jawaban
salah, maka tugas harus dikerjakan kembali dari awal, sehingga
menyebabkan frustasi.
Kemudian data dicatat, dengan menggunakan kamera video untuk merekam
ekspresi wajah siswa, dan peneliti mengidentifikasi tasa takut,
kemarahan, dan rasa tidak nyaman. Peneliti juga mencatat tekanan darah,
denyut nadi, dan sekresi kortisol.
Hasilnya, siswa-siswa yang wajahnya menunjukkan rasa takut selama test,
peningkatan tekanan darah dan sekresi kortisol
lebih tinggi dibandingkan dengan siswa-siswa yang marah.
Video Games : meningkatkan metabolisme
Meskipun dipersalahkan sebagai salah satu penyebab obesitas, bermain video games bisa
benar-benar membantu kebugaran dan menurunkan berat badan. Para ilmuwan
diUniversity of Miami melakukan
penelitian pada 21 anak yang diberikan permainan Tekken 3 (salah satu
games pada Sony Playstation).
Pada penelitian tersebut tampak bahwa
selama permainan, jantung berdenyut lebih cepat, mereka menggunakan
lebih banyak energi dan mulai bernapas lebih cepat.
Salah satu peneliti, Dr.
Arlette Perry, menyimpulkan bahwa bermain video games bisa memiliki
efek positif pada kesehatan. Menurutnya, video games lebih baik
daripada hanya duduk menonton televisi.
Mengumpat : mengurangi rasa sakit
Pada jaman dahulu, operasi yang dilakukan tanpa adanya anestesi, pasien menggigit sebatang kayu untuk
mengurangi rasa sakit. Cara ini memang sedikit mengurangi rasa sakit,
yang dibuktikan pada penelitian. Namun menurut para peneliti di Keele University, pasien lebih bisa
menahan rasa sakit ketika mereka mengumpat atau memaki-maki dari pada
menggunakan kata-kata non-ofensif.
Dr.
Richard Stephens, seorang dosen psikologi yang menjadi salah satu
peneliti, mengatakan bahwa mengumpat berhubungan dengan respon adrenalin.
Ditemukan juga pada orang yang sedang mengumpat memiliki detak jantung
yang tinggi, sehingga meningkatkan agresifitas mereka. Peningkatan
agresifitas telah terbukti mengurangi kepekaan seseorang terhadap rasa
sakit.
Dalam penelitian pada 64 mahasiswa yang tangannya direndam dalam bak
berisi air es, mereka diperbolehkan untuk mengumpat dengan kata-kata
yang ofensif, kemudian tugas diulangi lagi dengan menggunakan kata-kata
yang non-ofensif. Ditemukan hasil, bahwa mereka yang mengumpat dengan
kata-kata yang ofensif mampu mempertahankan tangan mereka rata-rata 40
detik lebih lama. Ketika ditanya tentang rasa sakit yang dirasakan,
mereka juga menilai rasa sakitnya lebih ringan.
Bermalas-malasan : menambah beberapa tahun kehidupan anda
Ahli Kesehatan Masyarakat, Profesor
Peter AXT, mengatakan bahwa seseorang yang bangun pagi-pagi dan
menyibukkan diri sepanjang hari adalah awal menuju kematian. Menurutnya,
bermalas-malasan adalah kunci untuk hidup lebih lama dan penangkal
stress. Dia menyarankan untuk menghabiskan setengah waktu luang kita
untuk bermalas-malasan. Penelitian menunjukkan seseorang yang terlalu
sibuk, menghabiskan energi yang dibutuhkan untuk keperluan lain seperti
regenerasi sel dan menangkal
penyakit.
Pada tesisnya, dia membandingkan antara
hewan yang hidup di alam liar dengan hewan yang ada di kebun binatang.
Misalnya, Singa di Serengeti hanya mampu hidup selama 8 tahun, tetapi
mampu hidup selama 20 tahun di kebun binatang.
Beruang Kutub Utara hidup selama 20 tahun di alam liar, tapi mampu hidup
40 tahun di penangkaran. Sedangkan contoh pada manusia yaitu pada para
pemimpin agama (Kiai, Pendeta, dll) yang cenderung menjalani kehidupan
yang tidak terlalu sibuk dengan urusan duniawi, memiliki rata-rata usia
hidup lebih lama.
Manfaat lain adalah bahwa otak kita jauh lebih aktif ketika kita
melamun. Melamun biasanya dikaitkan dengan hal-hal negatif seperti
ketidak-aktifan otak. Namun menurut Profesor Psikologi Kalina
Christoff di University of British Columbia,
otak kita sangat aktif ketika melamun, jauh lebih aktif daripada kita
fokus pada tugas-tugas rutin.
Temuan pada penelitian menunjukkan bahwa melamun, yang bisa menghabiskan
sepertiga waktu jaga kita, adalah bagian penting dalam kemampuan kognitif
disaat kita memilah-milah informasi penting.
Stress : meningkatkan memory Stress
Dalam jangka waktu yang lama seperti perceraian dapat
melemahkan sistem kekebalan tubuh sehingga tubuh menjadi rentan terhadap
infeksi. Namun stress akut (stress dalam jangka waktu pendek) justru
mampu meningkatkan memori otak, menurut para peneliti di University of Buffalo U.S.
Hal ini disebabkan oleh kortisol,
mempengaruhi bagian otak yang mengendalikan proses pembelajaran dan
memori otak. Stress akut meningkatkan transmisi glutamat, substansi yang menyampaikan pesan pada otak
dan meningkatkan kerja memori otak.
Zhen
Yan, Profesor Fisiologi dan Biofisika, menjelaskan bahwa kortisol memiliki efek protektif dan
efek destruktif pada tubuh. Itulah mengapa kita butuh stress untuk
meningkatkan performa otak, namun jangan berlarut-larut karena akan
memberikan efek yang destruktif pada tubuh.
Pada penelitian, dilakukan pada tikus-tikus yang telah dilatih untuk
menyelesaikan sebuah labirin. Sebagian dari tikus-tikus tersebut dipaksa
untuk berenang selama 20 menit, untuk memberikan stress akut.
Kemudian tikus-tikus tersebut diletakkan kedalam sebuah labirin. Para
peneliti menemukan bahwa tikus-tikus yang sudah diberi stress akut,
lebih sedikit membuat kesalahan ketika berjalan melewati labirin
dibandingkan dengan tikus-tikus non-stress.
Menghindari Pekerjaan Rumah Tangga : mencegah asma
anak
Meningkatnya jumlah alergi dan kondisi autoimun (seperti psoriasis) selalu dihubungkan dengan masalah higien
dan kebersihan. Tetapi sebenarnya itu bukan masalah utama.
Survey yang dilakukan tahun lalu di Bristol
University dan Brunel University menunjukkan
bahwa wanita yang menggunakan produk-produk pembersih rumah tangga
selama kehamilan atau segera setelah melahirkan, akan meningkatkan
resiko anak terserang penyakit asma.
Penelitian yang dilakukan pada 13.000 anak sebelum lahir, ditemukan
bahwa pemaparan bahan-bahan kimia yang terdapat pada produk-produk
pembersih terhadap kehidupan awal seorang anak, meningkatkan 41%
kemungkinan anak terserang asma pada usia 7 tahun. Karena bahan kimia
dalam produk-produk tersebut menyebabkan iritasi pada saluran pernafasan
anak.
Musik Keras : merangsang otak
Menonton konser musik rock, atau menyalakan musik di rumah dengan volume
suara yang keras, mungkin baik untuk kekuatan otak anda. Menurut
penelitian di Manchester University, ketika
mendengarkan musik, bagian dalam dari telinga (sacculus) dirangsang untuk merespon ketukan dalam musik.
Hal ini membuat sensasi kesenangan pada otak dan membuat kita merasa
nyaman. Sacculus, yang dianggap
tidak memiliki fungsi dalam pendengaran manusia, tampaknya hanya
sensitif terhadap suara dengan volume yang sangat keras, di atas 90
desibel.
Neil
Todd, seorang ahli dalam studi ilmiah tentang musik, menjelaskan
bahwa sacculus berhubungan dengan bagian otak yang berfungsi untuk
mengatur rasa lapar, seks, dan hedonistik.
Ketika sacculus dirangsang dengan suara musik yang keras, otak merespon
dengan melepaskan hormon yang membuat kita merasa tenang, bahagia, dan
responsif. Jadi untuk memberikan rasa bahagia pada hari Senin pagi,
dengarkan musik keras dengan suara yang keras pula.
Minuman Berkarbonat : mencegah demensia
Meskipun dianggap sebagai penyebab kerusakan gigi dan obesitas, minuman
berkarbonat dua kaleng sehari dapat mencegah Alzheimer dan
meningkatkan kemampuan memori sebesar 20%.
Ahli syarat dari Glasgow Caledonian University,
memfokuskan pada otak bagian hippocampus yang bertugas
menciptakan memori baru, dimana terjadinya dementiamenghambat kerja hippocampus.
Dr.
Leigh Riby melakukan test memori terhadap relawan, setelah
mengkonsumsi minuman berkarbonat yang mengandung gula 25 g, mampu
mengingat 17% lebih banyak memori daripada yang tanpa mengkonsumsi
minuman berkarbonat.
Gelisah : melawan obesitas
Peneliti dari Mayo Clinic U.S mengatakan bahwa
orang yang sering gelisah selalu cenderung tampak lebih langsing
daripada orang yang selalu tenang dalam menghadapi permasalahan.
Gerakan-gerakan ringan yang dilakukan secara tidak sadar saat gelisah
seperti gerakan kaki, tangan, jantung berdebar, peregangan otot atau
menguap, mengeluarkan 350 ekstra kalori per hari.
Ahli Endokrinologi, James
Levine, mengatakan ada perbedaan besar jumlah kegelisahan antara
orang-orang yang ramping dan orang-orang yang obesitas. Dimana sering
temukan kegelisahan pada orang-orang yang ramping.